Untuk memenuhi Tugas B.Indonesia sekalian untuk tugas TIK saya, akhirnya saya membuat cerpen ini...
semoga bermanfaat, & selamat membaca... :)
Badai Penantian
Panas matahari tak
menyurutkan Zul untuk tetap bekerja. Meskipun cuaca hari ini sangat panas, tapi Zul tetap bekerja
keras demi mencari sesuap nasi untuk keluarganya yang jauh di sebrang
sana. Ia rela pergi merantau ke negeri
orang untuk mencari pekerjaan. Ketika ia
sedang bekerja di sebuah perkebunan kelapa sawit, seorang temannya memanggilanya.
“Hai Zul, ada telefon untuk mu...
kata nya ini dari keluargamu...” ucap temannya.
“Ya sebentar “ jawab Zul. Ia
menghampiri temannya dan menjawab
telepon yang diberikan temannya.
“Halo, assalamu’alaikum” ucap Syamzul
atau biasa dipanggil Zul mengawali pembicaraannya ditelepon.
“Wa’alaikum salam nak” jawab seorang
pria tua disebrang sana.
“Bapak” ucap zul pada pria tua itu. “Ada
apa pak, tumben bapak menelepon Zul. Apa ada masalah dirumah?bagaimana keadaan
sekeluarga? Semoga keluarga di sana baik baik saja, aku sangat merindukan
kalian semua”.
“kami juga sangat merindukan mu nak.
Tapi, ada berita kurang baik. Ibu mu jatuh sakit dan sekarang ia sedang dirawat di Rumah Sakit
Harapan”. Ucap bapak nya dengan nada sedih.
“astagfirulloh haladzim” ucap zul terkejut tak percaya bahwa wanita yang telah melahirkannya dan sangat
di sayanginya itu sekarang jatuh sakit .
“lalu bagaimana keadaan ibu sekarang?
Bagaimana mungkin ini bisa terjadi Ya Allah. Bukankah selama ini ibu selalu
sehat” ucap zul dengan nada cemas tak karuan memikirkan keadaan ibu nya.
“Cepatlah pulang ke Surabaya nak...
Ibu mu sangat membutuhkamu”. Pinta bapaknya.
“Iya pak, Insya Allah zul akan segera
pulang Surabaya” ucap zul.
“Baiklah nak. Kalau begitu bapak
tutup teleponnya, assalamu’alaikum.”
“wa’alaikum salam pak”
Zul
bergegas pergi meninggalkan pekerjaannya begitu saja setelah
meminta izin pada atasannya. Melihat keadaan dompetnya yang menipis, ia tidak
mungkin pergi menggunakkan pesawat terbang. Akhirnya, ia memutuskan untuk pergi
dengan kapal laut yang lebih murah yang sesuai dengan isi dompetnya.
Setelah
membeli tiket, ia masuk kedalam kapal
tersebut.ketika kapal mulai berangkat, tiba-tiba cuaca yang tadinya terang dan panas
tanpa awan yang menutupi, sekarang malah
berganti dengan awan hitam pekat yang menutupi langit datas sana. Cuaca mendung
dan banyaknya penumpang yang ada didalam
kapal, membuatnya ragu untuk melanjutkan perjalanan ini. Tapi, ia tak mungkin
membatalkan perjalannya begitu saja, ia harus menjenguk ibunya. Ia sangat
mengkhawatirkan keadaan ibunya.
Ditengan perjalanan,
cuaca semakin buruk.awan hitam mulai menyelimuti seluruh langit yang tadinya
cerah.Zul keluar dari kamar peristirahatanya untuk melihat lautan.hatinya
mencelos ketika melihat pemandangan disekitarnya.suara gemuruh gelombang dan
badai yang menggelegar ditelinganya. hal ini membuat seluruh penumpang kapal
menjadi cemas ,termasuk Zul. Ia tak henti hentinya merapalkan do’a kepada Yang
Maha Kuasa agar selalu memberinya
keselamatan padanya hingga ia sampai di tempat tujuan. Cuaca yang tak kunjung
membaik dan gempuran ombak yang semakin besar ,membuat kapal terombang ambing
di tengah lautan. Hal ini membuat
kecemasan penumpang semakin memuncak, namun kapten kapal berusaha untuk menenangkan seluruh penumpang kapal
dan mengatakan bahwa perjalanan akan aman dan baik- baik saja.
Kecemasan penumpang mulai
sedikit reda setelah kapten kapal
berhasil menenangkan mereka. Namun, tepat ditengah lautan tiba- tiba
kapal terasa miring. Kemiringan kapal ini dipicu karena kapal kelebiham muatan.
semakin lama, kapal mulai semakin miring bahkan kemiringannya hampir mencapai
90
.
Para penumpang
berteriak ketakutan berusa untuk menyelamatkan diri mereka sendiri dan harta
bendanya. Namun, apalah daya jangankan harta benda, untuk menyelamatkan diri
mereka sendiri pun mereka sangat kesusahan. Zul
melihat orang-orang yang
berjatuhan dari kapal. Ia sangat ketakutan dan berusa menyelamatkan dirinya
dengan berpegangan pada sebuah bangku kapal. Seorang Ibu hamil memegangi
kakinya dengan erat, berharap semoga ia dapat selamat. Namun Zul tak bisa
berbuat apa-apa untuk menolong ibu hamil tersebut, hingga ibu tersebut tak kuasa lagi untuk
berpegangan pada kaki zul dan akhirnya ia terjatuh. Karena begitu takutnya Zul,
ia pun pingsan dan tak menyadari bahwa kapal mulai tenggelam.
Ia mengapung ditengah
lautan dengan bantuan dari bangku kapal dalam keadaan pingsan. Namun, ketika ia
sadar, ia sudah ada di sebuah perahu karet bersama dengan 9 orang didalamnya.
Selama 10 hari mereka mengapung dilautan, terombang ambing tidak jelas kemana
arahnya dengan perasaan takut dan khawatir. Selama mengapung dilautan, mereka
hanya diberi jatah makan dua kali sehari,
itupun hanya diberi biskuit sebesar kotak korek api dan setetes air minum.
Jatah makan yang sangat
sedikit itu menimbulkan ketegangan pada mereka. Mereka berfikir bagaimana
mungkin mereka dapat bertahan hidup hanya dengan biskuit sebesar kotak korek
api dan setetes air minum. Yang mereka tau hanyalah mereka akan dehidrasi parah dan akan mati kelaparan. Mereka sudah
sangat pesimis untuk hidup, terlebih lagi Zul. Namun, salah satu seorang penumpang yang merupakan awak kapal yang
tenggelam itu berusaha menjelaskan dan mengajarkan pada mereka bagaimana cara
untuk bertahan hidup ala laut.
Akhirnya, penantian
mereka selama 10 hari terombang ambing dilautan berakhir. Mereka berhasil ditemukan
oleh TIM SAR dan akhirnya berhasil diselamatkan oleh kapal SAR. Zul sangat bersyukur karena ia masih
diizinkan untuk hidup oleh Allah. Ia sangat merasakan bahwa mukzizat Allah
selalu ada.
TAMAT
Penulis Cerpen : Arlin
Indar Ramdani
Tidak ada komentar:
Posting Komentar